Musibah tsunami 9 tahun lalu tak akan dilupakan masyarakat Aceh, termasuk yang tinggal di Jakarta. Untuk itu dengan fasilitasi Kantor Penghubung Pemerintah Aceh, digelar peringatan 9 tahun tsunami, dengan menggelar beberapa acara seperti refleksi, dzikir dan doa serta beberapa apresiasi seni.
Acara ini dilaksanakan dalam jangka waktu sepekan, dari tanggal 20-26 Desember 2013 di Mes Aceh, Jl RP Suroso No. 14 Cikini, Jakarta. Beragam
apresiasi seni digelar seperti pameran lukisan, pembacaan puisi, dan panggung seni poros “Aceh Pesisir, Aceh Pegunungan, dan Aceh
Kepulauan”.
apresiasi seni digelar seperti pameran lukisan, pembacaan puisi, dan panggung seni poros “Aceh Pesisir, Aceh Pegunungan, dan Aceh
Kepulauan”.
“Melalui acara ini, diharapkan bisa mengingatkan masyarakat akan musibah yang merenggut banyak korban jiwa tersebut, sehingga bisa
menjadi bahan refleksi,” ujar Ir M. Badri Ismail, Kepala Kantor Penghubung Pemerintah Aceh di Jakarta.
menjadi bahan refleksi,” ujar Ir M. Badri Ismail, Kepala Kantor Penghubung Pemerintah Aceh di Jakarta.
Lebih lanjut Badri juga mengungkapkan adanya kearifan lokal berupa puisi Smong (tsunami) di kalangan masyarakat Simeulue. Sehingga
meskipun gempa saat itu berpusat di Simeulue, namun korban jiwanya justru paling tidak terlalu banyak dibanding daerah lain yang terkena.
meskipun gempa saat itu berpusat di Simeulue, namun korban jiwanya justru paling tidak terlalu banyak dibanding daerah lain yang terkena.
“Pesan dalam puisi Smong, apabila ada gempa hebat diikuti surutnya air laut, maka larilah ke pegunungan. Begitulah yang dilakukan masyarakat Simeulue sehingga, banyak masyarakat yang selamat dari musibah tsunami, 26 Desember 2004,” ungkap Badri.
Apresiasi Seni
Apresiasi seni antara lain dilakukan melalui pameran lukisan yang menampilkan lebih dari 20 lukisan karya tiga pelukis asal Aceh, Permadi Lyosta, Kassah Hakim atau Mansyur Nur Hakim, Wahyo Oe, dan dua pelukis asal Lampung, Mas Padhik, dan Sukriyal Sadin. Dalam jangka waktu pameran
dari tanggal 20 s.d tersebut, diputar lagu-lagu Aceh dan rekaman puisi “Nyeri Aceh” karya penyair Fikar W Eda.
Apresiasi seni antara lain dilakukan melalui pameran lukisan yang menampilkan lebih dari 20 lukisan karya tiga pelukis asal Aceh, Permadi Lyosta, Kassah Hakim atau Mansyur Nur Hakim, Wahyo Oe, dan dua pelukis asal Lampung, Mas Padhik, dan Sukriyal Sadin. Dalam jangka waktu pameran
dari tanggal 20 s.d tersebut, diputar lagu-lagu Aceh dan rekaman puisi “Nyeri Aceh” karya penyair Fikar W Eda.
Pada tanggal 24 Desember 2013, akan digelar pentas puisi oleh penyair Aceh seperti Mustafa Ismail, LK Ara, Hanna Fransisca (anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta), Irmansyah, Doddi Ahmad Fawzi, Purnama K Ruslan dan beberapa penyair Jakarta lainnya. Mereka juga akan mengekspresikan tsunami yang telah menjadi peristiwa besar abad ini dalam bentuk puisi.
Selanjutnya tanggal 26 Desember akan digelar Refleksi, Dzikir dan Doa dilanjutkan gelar seni. Yopppi Smong akan menampilkan karya musik
bertema smong (tsunami) yang dipadukan dengan musik dari dataran tinggi dan musik Aceh Pesisir. Acara akan diakhiri dengan penutupan
pameran lukisan.
bertema smong (tsunami) yang dipadukan dengan musik dari dataran tinggi dan musik Aceh Pesisir. Acara akan diakhiri dengan penutupan
pameran lukisan.
“Pada akhir pameran, rencananya lukisan akan dilelang, yaitu saat penutupan tanggal 26 Desember 2013. Sebagian hasil pelelangan akan
disumbangkan untuk anak-anak yatim korban tsunami. Khusus untuk lukisan karya pelukis senior Permadi Lyosta dilelang untuk memudahkan
pengobatan beliau,” jelas Badri. (bnu)
disumbangkan untuk anak-anak yatim korban tsunami. Khusus untuk lukisan karya pelukis senior Permadi Lyosta dilelang untuk memudahkan
pengobatan beliau,” jelas Badri. (bnu)
sumber

0 komentar:
Posting Komentar