Sosok pria kelahiran Bandung, 7 Maret 1972 ini sederhana. Namun apa yang dilakukannya sungguh mulia.
Berawal dari kesedihannya melihat sungai Citarum penuh sampah, dan salah satunya tidak terkendalinya pertumbuhan eceng gondok di sana. Sungai Citarum adalah tempat bermainnya semasa kecil.
"Sungai yang dulu saya kenal bersih, kini penuh sampah dan eceng gondok. Masyarakat di sekitarnya pun menjadi miskin karena lahannya tercerabut pembangunan waduk Saguling," tuturnya saat ditemui di kediamannya di Desa Cihampelas, Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat.
Berbekal ilmu pengetahuannya selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, Indra yang merupakan lulusan Sarjana dari Universitas Padjajaran (Unpad) ini pun berinisiatif untuk memberdayakan sampah yang ada di sungai Citarum.
Awalnya Indra sendiri yang memulung sampah dan eceng gondok tersebut, langsung menggunakan perahu kecil. Usai dikumpulkan, Indra pun mencoba membuat sebuah benda seperti tas atau kerajinan lainnya dari sampah dan eceng gondok hasil tangkapannya tersebut.
"Setiap pagi saya memulungi sampah dan eceng gondok di sungai Citarum. Malamnya, baru saya buat kerajinan tas dan lainnya. Lama-kelamaan masyarakat di sekitar rumah saya pun ikut bergabung mengumpulkan sampah dan eceng gondok. Saya pinjamkan perahu pada mereka. Kini, merekalah yang mengambil serta menjual sampah dan eceng gondok pada saya, untuk saya jadikan kerajinan," paparnya.
Mengingat kala itu, apa yang dilakukan masih langka, Indra pun sempat mendapatkan penolakan dari keluarga dan warga. Kesannya, seorang sarjana malah berakhir sebagai pemulung sampah. sumber
Minggu, 31 Juli 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

0 komentar:
Posting Komentar